Pages

Powered by Blogger.

Tuesday, May 24, 2016

Makalah Peranan Shalat dan Fungsinya Terhadap Nahi Mungkar

Bismillahirrahmanirrahim
            Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
Bagaimana Kabar Saudara-saudara sekalian???  Saya harap sehat selalu. Baik, Kali ini saya ingin berbagi sebuah materi Al-islam Kemuhammadiyahaan (AIK) yang pernah menjadi tugas kelompok saya saat berada di semester 4 Universitas Muhammadiyah Makassar. Nah tema yang diberikan kepada saya saat itu adalah Peranan Shalat dan Fungsinya Terhadap Nahi Mungkar. Oh iyya saya tidak akan membagikan format makalahnya secara keseluruhan tetapi hanya isi materinya yang akan saya bagikan. Selamat membaca semoga bermanfaat J

A.    Pengertian Shalat
      Secara etimologi shalat berarti do’a, dengan kata lain shalat secara bahasa mempunyai arti mengagungkan, dan secara terminology (istilah), para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan. Ucapan di sini adalah bacaan-bacaan al-Qur’an, takbir, tasbih, dan do’a. Sedang yang dimaksud dengan perbuatan adalah gerakan-gerakan dalam shalat misalnya berdiri, ruku’, sujud, duduk, dan gerakan-gerakan lain yang dilakukan dalam shalat.
Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk ibadah. (Imam Bashari Assayuthi, 30). Shalat juga merupakan ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah yang perintahnya langsung diterima oleh Rasulullah SAW yang amalannya pertama kali akan dihisab pada hari kiamat, sesuai sabda Nabi SAW:


“Sesungguhnya yang pertama kali dihisab (amalan) seseorang hamba pada hari kiamat adalah shalatnya” (HR. Abu Daud dan An Nasa’i)

v  Kaifiat Shalat Sesuai Tuntunan Rasullullah SAW
            Pada dasarnya semua sholat baik yang fardhu maupun sunnah itu memiliki tata-gerakan yang sama, kecuali pada shalat jenazah dan shalat gerhana.
Berikut ini adalah Tata cara shalat:
1.      Niat ikhlas dalam hati sejak awal karena Allah SWT.
2.      Seorang muslim yang hendak melakukan shalat hendaklah berdiri tegak dalam keadaan suci dan menutup aurat serta menghadap kiblat (ka’bah) dengan seluruh anggota badannya tanpa miring atau menoleh ke kiri dan ke kanan. Bila tidak mampu berdiri maka boleh duduk, bila tidak bisa duduk maka dengan berbaring dan jika tidak mampu menggerakkan anggota badan maka boleh dengan isyarat. 
3.      Bertakbiratul ihram, dengan mengucapkan "ALLAHU AKBAR" Sambil mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau telinga, serta melihat ke tempat sujud, tidak menoleh ke kiri atau ke kanan.
4.      Meletakkan telapak tangan di atas punggung telapak kiri atau pergelangan atau di lengan bawah tangan kiri atau tangan menggenggam tangan kiri dan posisi kedua tangan di dada.
5.     



Membaca doa iftitah








                  “Ya Allah jauhkanlah antaraku dan antara segala kesalahanku, sebagaimana Kau telah menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku dari kesalahan sebagaimana dibersihkannya pakaian putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah segala kesalahanku dengan air, salju, dan air hujan.”
6.      taáwuz.jpgMembaca Ta’aw-wudz


“Aku berlindung kepada Allah, dari godaan syaitan yang terkutuk”
7.      Membaca Al Fatihah
MANFAAT-SURAH-AL-FATIHAH.jpg
“(1) Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (2) Segala puji bagi Allah Tuhan semesta alam. (3) Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (4) Yang menguasai hari pembalasan. (5) Hanya kepada Engkau-lah kami menyembah dan hanya kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan. (6) Tunjukilah aku jalan yang lurus, (7) yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat.”
8.      Mengucapkan Amin setelah Al-fatihah.
9.      Lalu membaca salah satu surat atau ayat-ayat alquran yang anda hafal, setelah selesai membaca surat maka berdiam sejenak (Tuma'ninah).
10.  Lalu ruku’lah dengan bertakbir seraya melempangkan (meratakan) memegang kedua lututmu dengan dua belah tanganmu, sementara itu berdo’a:
bacaan_rukuk_sujud.jpg
 




“Maha suci Engkau, Ya Allah. Dan dengan memuji kepada Engkau Ya Allah, aku memohon ampun.”
atau berdo’alah dengan salah satu do’a dari Nabi SAW.
11.  Kemudian angkatlah kepala untuk I’tidal dengan mengangkat kedua belah tanganmu seperti dalam takbiratul ihram dan berdo’alah:
doa-itidal.jpg
 



“Semoga Allah mendengar orang yang memujiNya,”
dan bila sudah lurus berdiri dan berdo’alah: 90107046392532048909.jpeg

“Ya Tuhanku, dan segala puji itu bagi Engkau.”
90107046392532048909.jpegAtau

“Ya Tuhanku, bagi Kaulah segala puji, pujian yang banyak, baik dan memberkati.”
12.  Lalu sujudlah dengan bertakbir, letakkan kedua lututmu dan jari kakimu di alas tanah, lalu kedua tanganmu, kemudian dahi dan hidungmu dengan menghadapkan ujung kakimu ke arah Qiblat serta merenggangkan tanganmu daripada kedua lambungmu dengan mengangkat sikumu. Dalam sujud itu hendaklah kmu berdo’a seperti Do’a pada saat Ruku’: ”Subha-na kalla-humma rabbana- wa bi’hamdikalla-hummaghfirli” atau berdo’alah dengan salah satu do’a daripada Nabi saw.
13.  Bangkit dari sujud sambil bertakbir lalu duduk iftirasy (duduk diantara dua sujud), duduk dengan bertumpu pada telapak kaki kiri dengan telapak kaki kanan ditegakan. Posisi tangan ketika duduk diantara dua sujud: Telapak tangan kanan diletakkan di atas paha kanan dengan ujung jari sejajar lutut, demikian pula dengan tangan kiri.
Do’a ketika duduk iftirasy (duduk diantara dua sujud):
bacaan_duduk-3.jpg
 




“Ya Allah, ampunilah aku, belas kasihanilah aku, cukupilah aku, tunjukilah aku dan berilah reski kepadaku.”
14.  Lalu sujudlah kedua kalinya dengan bertakbir dan membaca do’a seperti pada sujud pertama.
15.  Setelah itu bangkit dari sujud seraya mengucapkan takbir, lalu duduk sebentar, setelah itu berdiri dengan bertumpu pada tangan. Inilah yang disebut dengan satu rakaat. Jika sholat yang kita kerjakan adalah sholat dhuhur, ashar dan isya' maka jumlah rakaatnya adalah 4 kali, pada rakaat kedua setelah sujud kedua dilanjutkan dengan duduk tasyahud awal dan pada rakaat terakhir kita duduk tasyahud akhir dan salam. 
16.  Duduk tasyahud awal caranya seperti duduk iftirosy (duduk diantara dua sujud). Membaca Bacaan Tasyahud dan Sholawat.
Bacaan Tasyahhud:
Tasyahhud04_thumb2.jpg
 







“Segala kehormatan, kebahagiaan dan kebagusan adalah kepunyaan Allah. Semoga keselamatan bagi Engkau, ya Nabi Muhammad, beserta rahmat dan kebahagiaan Allah. Mudah-mudahan keselamatan juga bagi kita sekalian dan hamba-hamba Allah Yang baik-baik. Aku bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad itu hamba Allah dan utusan-Nya.
17.  shalawat-imam_syafii.jpgLalu bacalah salawat pada Nabi SAW.:





“Ya Allah, limpahkan kemurahan-Mu kepada Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Kau telah limpahkan kepada Ibrahim dan keluarganya. Berkahilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana kau telah berkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.”
18.  Kemudian berdirilah untuk raka’at yang ketiga jika shalatmu itu tiga atau empat raka’at, dengan bertakbir mengangkat tanganmu dan kerjakanlah dalam dua raka’at yang akhir atau yang ketiga, seperti dalam dua raka’at yang pertama, hanya kamu cukup membaca Surah Al- fatihah saja.
19.  Dan sesudah raka’at yang akhir dan sujud yang akhir (kedua), maka selanjutnya adalah duduk tasyahhud akhir. Adapun duduk dalam raka’at akhir maka caranya memajukan kaki kiri, sedang kaki kanan bertumpu dan dudukmu bertumpukan pantatmu. Bacalah do’a tasyahhud serta salawat kepada nabi saw. Lalu hendaklah berdo’a mohon perlindungan dengan membaca:
sesudah tahiat akhir.jpg
 






“Ya Allah, Aku berlindung kapada Engkau dari siksa Jahannam dan dari siksa kubur, begitu juga dari fitnah hidup dan mati, serta dari jahatnya fitnah Dajjal (pengembara yang dusta).”
20.  Setelah itu bersalamlah dengan berpaling kekanan dan kekiri, yang pertama sampai terlihat pipi kananmu dan yang kedua sampai terlihat pipi kirimu oleh orang yang dibelakangmu.
download-arabic vector-kaligrafi vektor-salam_thumb[1].jpg
 




“Berbahagialah kamu sekalian dengan rahmat dan berkah Allah.”

B.     Pengertian Nahi Mungkar
      Abdullah Ar-Rojihi dalam kitabnya Al Qoulul bayyin Al Adhhar fiddakwah menyebutkan bahwa Munkar adalah setiap amalan/tindakan yang dilarang oleh syariat Islam, tercela di dalamnya yang mencakup seluruh kemaksiatan dan bid’ah, yang semua itu diawali oleh adanya kemusyrikan. Ada lagi yang mengatakan bahwa Munkar adalah kumpulan kejelekan, apa yang diketahui jelek oleh syariat dan akal, kemusyrikan, menyembah patung dan memutus hubungan silaturrahmi.
      Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah mengatakan, “al-Munkar adalah satu nama yang mencakup segala yang di larang Allâh.” Ketika menerangkan sifat umat Islam, Imam asy-Syaukâni rahimahullah mengakatakan, “Sesungguhnya mereka menyuruh kepada (perbuatan) yang ma’rûf dalam syari’at ini dan melarang dari yang mungkar. Dan yang dijadikan tolok ukur bahwa sesuatu itu ma’rûf atau mungkar adalah al-Kitab (al-Qur'ân) dan as-Sunnah.”
      Berikut adalah dasar mengapa kita harus bernahi mungkar:
1.      Cara untuk mendapat keberuntungan, dunia dan akhirat
2.      Ciri umat manusia yang terbaik
3.      Dasar-dasar pembangunan akhlak sholihah
4.      Tugas mulia para nabi sejak dulu
5.      Sebab-sebab turunnya rahmat
6.      Sifat seorang mukmin sejati
7.      Kewajiban yang diperintahkan Allah SWT  
      Dari Abu Sa’id Al Khudry -radhiyallahu ‘anhu- berkata, saya mendengar Rasulullah shallallahu ‘alahi wa sallam bersabda,
“Barang siapa di antara kamu yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan tangannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah (mengingkari) dengan lisannya, jika tidak mampu hendaklah ia mengubah dengan hatinya, dan itulah keimanan yang paling lemah.”
(HR. Muslim).
C.    Fungsi Shalat
      Di dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 103, Allah SWT berfirman, yang artinya: 
"Shalat merupakan suatu kewajiban bagi orang-orang beriman yang sudah ditentukan waktunya".
Sebagai kewajiban yang bersifat sentral, maka shalat tidak cukup dikerjakan sekali saja, akan tetapi dikerjakan secara bersistem sepanjang hidup manusia. Oleh karena itu, perintah shalat bukan untuk mengerjakan, tetapi mendirikan, yaitu mengerjakan dengan mengikuti sistemnya atau dengan kata lain dikerjakan menurut kaidah-kaidah tata cara yang telah ditentukan dalam syari'at islam. Karena apabila tidak demikian, maka shalat itu tidak akan pernah memiliki fungsi sebagaimana maksud atau tujuan diperintahkannya shalat oleh Allah SWT. Jika shalat dikerjakan tanpa mengikuti sistemnya, maka yang tertinggal hanyalah bentuk ritual shalat yang tidak relevan dengan fungsinya.
Adapun fungsi-fungsi shalat yaitu sebagai berikut:
1.      Mencegah dari perbuatan buruk (Mencegah Tindakan Keji dan Mungkar).
Al- Ankabut29 ayat 45.png
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al-Kitab (al-Qur'an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.’’ (QS. Al-Ankabut, 29:45)
2.      Sumber petunjuk.
            Rasulullah bersabda, “shalat adalah sumber cahaya. Barang siapa yang memeliharanya, ia akan mendapatkan cahaya dan petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak memeliharanya, maka tiada cahaya atau petunjuk baginya.”
3.      Sarana untuk meminta pertolongan kepada Allah SWT.
                        وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Artinya: “Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan shalat. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk (QS. Al Baqarah, 2:45)
4.      Untuk mengingat Allah.
            إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لا إِلَهَ إِلا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلاةَ لِذِكْرِي
Artinya: “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku.” (QS. Thaha, 20:14)
5.      Penghapus dosa.
            وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ
Artinya: “Dan dirikanlah sholat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk.Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.” (QS.Hud, 11:114)
      Melihat fungsi dari shalat khususnya yang tertera pada fungsi yang pertama, dapat dijelaskan Bahwa shalat itu berfungsi bagi diri supaya mencegah kekejian dan kemunkaran. Jadi, bagi orang yang melaksanakan shalat, tetapi bermasa bodoh terhadap berlakunya kemunkaran, maka berarti shalatnya itu tidak sejalan dengan yang dimaksud oleh ayat tersebut. Bahwa konsekuensi dari shalat itu harus sedapat mungkin berusaha mencegah perbuatan yang bertentangan dengan hukum-hukum Allah. Artinya, bagi setiap yang sudah melakukan shalat dan sesuai dengan esensi yang dikandung dalam shalat, maka dirinya akan terus bergerak melawan kemunkaran.
      Abul Aliyah berkata: “Di dalam sholat itu ada tiga unsur penting, yaitu Ikhlas, Khosyah (takut) dan Dzikrullah (ingat kepada Allah). Maka jika tiap sholat tidak ada ketiganya, tidaklah disebut sholat. Karena dengan kandungan ikhlas akan mengajak kepada yang ma’ruf, khosy-yah akan mencegah kepada yang mungkar dan dzikrullah akan mencakup makna mengajak ma’ruf dan mencegah mungkar”.
      Al Hasan berkata: “Sholat itu hanyalah mencegah keji dan mungkar, jika sholatmu tidak mencegahmu dari keji dan mungkar, maka sesungguhnya kamu tidak sholat.” Ibnu Mas’ud, Ibnu Abbas, Al Hasan dan Al A’masy pun berkata: “siapa yang sholatnya tidak mencegah dari fahsya’ (keji) dan mungkar, sholatnya tidak akan menambah kecuali akan jauh dari Allah. (padahal sholat adalah dalam rangka dekat kepada allah).”
      Bahwa shalat dapat mencegah segenap perbuatan keji dan mungkar (kemaksiatan dan kejahatan) dapat kita saksikan dengan bukti sejarah yang telah diukir oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Manusia-manusia jahiliyah yang penuh sarat dengan segala bentuk kemaksiatan dan kejahatan, kekufuran dan kemusyrikan dalam waktu yang relatif pendek berhasil beliau robah menjadi umat yang terbaik “Khaira ummatin” yang bersih dari segenap kemaksiatan dan kejahatan, umat yang senantiasa menegakkan yang makruf dan menjegah kemungkaran karena panggilan iman.
      Dengan apa, dan bagaimana caranya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. membersihkan segenap kemaksiatan dan kejahatan tersebut? Jawabnya ialah dengan shalat, dengan cara melatih mereka yang telah mengikrarkan dua kalimat syahadat sebagai pernyataan masuk Islam untuk segera “mendirikan shalat” sesuai dengan perintah Allah (QS. Al-Ankabut ayat 45), bukan sekedar mengerjakan shalat..
      Mendirikan sholat adalah menanamkan dan mengaplikasikan hikmah dan nilai-nilai taqwa yang terkandung dalam ibadah. Shalat, Sesuai dengan isyarat dan panduan Al-Quran dalam menghadapi umat manusia dizaman jahiliah yang penuh dengan segenap bentuk kemaksiatan dan kejahatan.
      Al-Quran mengingatkan bahwa mendirikan shalat itu adalah dengan melatih diri untuk selalu ingat dengan Allah:
 “Sesungguhnya Aku Ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah Aku dan Dirikanlah shalat untuk mengingat Aku.” (QS.Thaha, 20:14).
      Segenap bacaan yang kita baca dalam shalat, baik bacaan yang wajib seperti al-Fatihah, maupun bacaan sunat seperti doa iftitah, tasbih waktu rukuk dan sujud, demikian juga bacaan ayat setelah al-fatihah, semuanya itu akan mengingatkan kita kepada Allah, mengingatkan kita pada Kebesaran dan Kekuasaan Allah , mengingatkan kita pada kemurkaan Allah bila kita durhaka padaNya dan mengingatkan kita pada Ridha Allah bila kita ta’at padaNya. Apabila dzikrullah, selalu ingat pada Allah sudah tertanam dalam jiwa seseorang, maka dia akan merasa takut untuk melakukan kejahatan dan kemaksiatan, karena dia menyadari pula bahwa kemanapun dia pergi menyembunyikan kejahatan dan kemaksitannya niscaya Allah senantiasa melihat dan mengamatinya.
      Kemaksiatan dan kejahatan pada umumnya terjadi karena orang tidak ingat pada Allah, dan tidak sadar bahwa kemanapun dia pergi, dia bersama Allah. Dengan jiwa dzikrullah yang terkandung dalam shalat, diharapkan manusia tidak akan berani lagi berbuat maksiat.
     

Kesimpulan
Shalat merupakan ibadah yang wajib untuk dilaksanakan, tidak hanya sekedar gerakan dan ucapan, tetapi bagaimana shalat itu dilaksanakan sehingga dapat memberikan dampak yang yang nyata bagi kehidupan. Shalat memilki fungsi sebagai pencegah kemungkaran, sehingga jika shalat itu dilaksanakan dengan sebenar-benarnya, maka dampak yang nyata itu dapat kita liat dari bagaimana kita berusaha untuk menjauhkan diri kita dari yang keji dan mungkar.
Firman Allah SWT, yang artinya:     
“Hai anakku, dirikanlah salat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Qs. Luqman: 17) 


Sumber:
Al-Qur’an
Pimpinan Pusat Muhammdiyah Majelis Tarjih. (2011). Himpunan Putusan Tarjih. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah.

Kang Fauz. (2013, Juni). Fungsi shalat dalam Al- quran. Diperoleh 16 April 2014. Dari http://kang-fauz.blogspot.com/2013/06/fungsi-sholat-dalam-al-quran.html,

Syam Alfikr. (2013, 1 Juni). Fungsi-funsi Shalat. Diperoleh 16 April 2014. Dari http://blogsyamsalfikr.blogspot.com/2013/06/fungsi-fungsi-shalat.html

Anto. (2013, 22 Oktober). Fungsi dan Peran Shalat dalam Kehidupan Kita edisi 10. Diperoleh  17 April 2014. Dari http://buletinmi.com/fungsi-dan-peran-shalat-dalam-kehidupan-kita-edisi-10/

Farid N. Arief. (2009, 9 Januari). Amar ma’ruf Nahi mungkar. Diperoleh 16 April 2014. Dari http://kemenag.go.id/index.php?a=artikel&id2=amarmarufnhmungkar

Bening1. (2008, 23 Februari). Peranan Shalat dalam Mencegah Kemaksiatan. Diperoleh 16 April 2014. Dari http://bening1.wordpress.com/2008/02/23/peranan-sholat-dalam-mencegah-kemaksiatan/